Situs Download Lagu Toraja Terbaru Terbaik dan Terpopuler Mp3

Wisata Bori' Kalimbuang

Bori' Kalimbuang
Bori' Kalimbuang
Dunia Toraja - Obyek wisata utama adalah Rante (Tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100 buah menhir/megalit), dalam Bahasa toraja disebut Simbuang Batu. 102 bilah batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama. Penyebab perbedaan adalah perbedaan situasi dan kondisi pada saat pembuatan/pengambilan batu. Megalit/Simbuang Batu hanya diadakan bila pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor).

Pada tahun 1657 Rante Kalimbuang mulai digunakan pada upacara pemakaman Ne'Ramba' di mana 100 ekor kerbau dikorbankan dan didirikan dua Simbuang Batu. Selanjutnya pada tahun1807 pada pemakaman Tonapa Ne'padda' didirikan 5 buah Simbuang Batu, sedang kerbau yang dikorbankan sebanyak 200 ekor. Ne'Lunde' yang pada upacaranya dikorbankan 100 ekor kerbau didirikan 3 buah Simbuang Batu.

Selanjutnya berturut-turut sejak tahun 1907 banyak Simbuang Batu didirikan dalam ukuran besar, sedang, kecil dan secara khusus pada pemakaman Lai Datu (Ne'Kase') pada tahun 1935 didirikan satu buah Simbuang Batu yang terbesar dan tertinggi. Simbuang Batu yang terakhir adalah pada upacara pemakaman Sa'pang (Ne'Lai) pada tahun 1962. Dalam Kompleks Rante Kalimbuang tersebut terdapat juga hal-hal yang berkaitan dengan upacara pemakaman yang membuat kita mengetahui lebih banyak tentang Bori' Kalimbuang.
Wisata Batu Bori' Kalimbuang
Wisata Batu Bori' Kalimbuang
Batu-batu tegak berdiri pada hamparan hijau tanah rumput. Berbentuk menhir. Tinggi memanjang menyembul dari daratan. Tapi tak seragam. Ada yang kecil, ada yang besar. Ada yang pendek ada yang tinggi. “Keseluruhan batu menhir di sini konon berjumlah 102 buah. Terdiri dari 54 menhir kecil, 24 sedang dan 24 batu berukuran besar.

Rante Kalimbuang merupakan kawasan utama di Bori’ Kalimbuang, Sesean, Toraja Utara. Rante menjadi tempat upacara pemakaman adat atau Rambu Solo’ yang dilengkapi dengan menhir-menhir yang dikenal dalam bahasa Toraja sebagai simbuang batu. Di Tana Toraja sebenarnya banyak ditemukan situs megalith seperti ini. Di Bori Kalimbuang, menhir didirikan demi menghormati pemuka adat atau keluarga bangsawan yang meninggal. Bebatuan menhir ini ada yang berusia hingga ratusan tahun.
Bori' Kalimbuang
Bori' Kalimbuang
Tidak sembarang untuk membangun menhir. Masyarakat harus mengadakan suatu upacara adat yang dinamakan Rapasan Sapurandanan. Dalam upacara ini, kerbau yang dikurbankan minimal sejumlah 24 ekor. Jumlah yang dikorbankan sesungguhnya tidak berdampak pada ukuran tinggi dan besar menhir. Sama saja nilai adatnya. Tetapi sekarang, banyak orang yang menganggap semakin tinggi dan besar menhir yang didirikan, maka semakin tinggi derajat kebangsawanannya. Barangkali benar juga. Pada menhir-menhir yang tinggi, saya amati batuannya masih tampak baru.

“Bagaimana mendirikan menhir-menhir ini?” Batu untuk menhir diambil dari gunung, dari batu-batu besar yang banyak bertebaran di Toraja. Di lokasi asal batu ini, dilakukanlah penggalian dan pemahatan batu. Pemahatan bisa berlangsung berhari-hari bahkan bisa sampai 2 bulan. Sebelumnya, untuk memulai pemahatan dilakukan penyembelihan seekor kerbau. Babi-babi juga dikurbankan.
pembuatan batu menhir
Pembuatan Batu Menhir
Setelah batu menhir selesai dipahat, kemudian ditarik oleh beratus-ratus orang dengan cara tradisional. Batu ditarik atau digulirkan menggunakan batang-batang pohon dan tali-temali dari bambu. Proses penarikan ini melibatkan penduduk dan siapapun yang berkenan menyumbangkan tenaganya. Proses penarikan batu dari tempat asalnya dipahat hingga ke lokasi pendirian menhir memakan waktu behari-hari bahkan berminggu-minggu. Tergantung medan dan jarak yang dilaluinya.
batu menhir
Batu Menhir
Untuk mendirikan menhir di lokasi, dilakukanlah oleh beratus-ratus lelaki. Kurang lebih sepertiga tinggi batu menhir ditanam di dalam tanah. Tinggal menyisakan dua pertiganya yang menjulang di atas tanah. Bisa dibayangkan, proses mendirikan menhir membutuhkan banyak tenaga. Namun, sifat masyarakat Toraja yang erat dalam persaudaraan dan kekeluargaan menjadikan prosesi pendirian menhir terasa mudah.

Di tengah, di antara ‘rerimbunan’ menhir terdapat beberapa bangunan jangkung. Salah satunya ada yang masih baru. Itulah Balakkayan. Tempat ini berbentuk panggung untuk membagi-bagikan daging hewan yang disembelih saat Rambu Solo’. Di sinilah, para pembagi daging atau dikenal To Mantawa meneriakkan nama-nama penerima daging. To Mantawa akan memanggil sesuai kedudukan sosialnya atau ‘Saroan’ nya.                     
Lakkian
Lakkian
Ada juga Lakkian di pinggir kompleks menhir. Lakkian menjadi tempat jenazah disemayamkan selama upacara Rambu Solo’ berlangsung. Terdiri atas dua tingkat. Bagian atas menjadi tempat peti jenasah disemayamkan. Adapun, bagian bawah sebagai tempat duduk keluarga yang berduka. Lakkian ini dibangun paling tinggi di antara bangunan2 lain yang terdapat di tempat upacara Rambu Solo’ berlangsung. Lakkian ini tidak boleh dirobohkan. Dibiarkan begitu saja sampai roboh dengan sendirinya.
Bori' Kalimbuang
Bori' Kalimbuang
Bangunan lainnya adalah Langi’, yaitu tempat usungan jenazah. Usungan ini berbentuk atap Tongkonan. Langi’ biasanya dihiasi dengan uang logam kuno orang Toraja, diukir dengan berbagai macam ukiran – ukiran khas orang Toraja. Berbagai macam hiasan - hiasan lain semakin menambah kemeriahan Langi’. Selain itu masih ada beberapa bangunan Tongkonan panggung di sekitar area menhir. Tempat ini menjadi tempat duduk para tamu undangan saat Rambu Solo’. Terdapat hiasan kerangka gigi kerbau yang dikurbankan.
Bori' Kalimbuang
Kuburan Batu Bori' Kalimbuang
Disamping itu terdapat juga batu besar berbentuk oval yang dilubangi sebagai tempat peletakkan jenazah. Itulah Liang Pa’. Sebuah kompleks kuburan batu di Bori’ Kalimbuang.

“Pembuatan lubang ini, unsur adat masih sangat kental. Misalnya mau membuat siku tiap sudut saja, perlu dikurbankan hewan.” Satu lubang pada Liang Pa’ ini adalah milik satu keluarga besar. Orang yang berhak dikuburkan di situ adalah keluarga besar sang pemilik lubang tersebut.

Pada salah satu lubang, terdapat banyak tengkorak terpajang. Kesannya terasa mistis. Mereka bertumpuk-tumpukan seperti sedang berebutan memerhatikan perangai saya. Terlebih, di sampingnya ada beberapa pigura foto lengkap dengan sesajinya. Horor. Sepertinya itu adalah tokoh adat di Bori’ yang belum lama disemayamkan pada Liang Pa’.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Wisata Bori' Kalimbuang

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment