Situs Download Lagu Toraja Terbaru Terbaik dan Terpopuler Mp3

Top Destinasi Wisata Di Toraja

Top Destinasi Wisata Di Toraja
Top Destinasi Wisata Di Toraja
Dunia Toraja – Toraja atau yang dikenal juga dengan Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Daya tarik dan Keeksotisan wilayah dan budaya yang dimiliki Tana Toraja membuat nama Tana Toraja saat ini semakin bergaung sampai ke kancah internasional.

Tana Toraja terkenal dengan masyarakatnya yang memiliki kepercayaan, aturan, serta ritual tradisi yang cukup ketat, disamping tempat wisata yang sangat beragam Menurut mitos yang telah diceritakan secara turun-temurun, nenek moyang asli masyarakat Toraja dipercaya berasal dari surga dan turun langsung ke bumi dengan menggunakan tangga. Tangga inilah yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi antara nenek moyang dengan Puang Matua (Tuhan dalam kepercayaan masyarakat Toraja).

Sebagai bentuk pelestarian tradisi dan penghormatan terhadap nenek moyangnya, masyakarat Tana Toraja memiliki beberapa upacara dan ritual adat yang masih dipertahankan dan rutin diselenggarakan hingga kini. Upacara adat tersebut di antaranya yang paling terkenal adalah Tradisi Ma’nene. Selain itu, Tana Toraja juga memiliki bangunan adat yang disucikan dan kerap digunakan untuk pelaksanaan upacara tertentu seperti Ke'te Kesu dan Museum Ne’ Gandeng.

Untuk menuju Tana Toraja, dari kota Makassar diperlukan waktu kurang lebih sekitar 8 jam melalui jalur darat. sobat dapat membeli tiket pesawat langsung menuju Kota Makassar dengan tujuan pendaratan di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Dari bandara, sobat bisa menggunakan jasa Bus Damri atau Taxi untuk menuju terminal bus setempat yang menyediakan jalur menuju Tana Toraja.

Biasanya, para wisatawan baik wisatawan lokal maupun mancanegara mengunjungi Tana Toraja sekitar bulan September, Desember dan Januari. Karena pada bulan tersebut, di Tana Toraja banyak digelar berbagai festival yang mempertunjukan budaya, upacara adat, serta tur wisata.

Sekarang sobat penasaran dengan keeksotisan budaya, adat, dan tradisi di Tana Toraja yang telah mendunia? Berikut ini akan diulas TOP Destinasi wisata di Tana Toraja yang akan membuat sobat makin cinta dengan Indonesia terutama Tana Toraja secara khusus.

Upacara Rambu Solo
Upacara Rambu Solo
Upacara pemakaman menjadi upacara yang terpenting, termahal, dan terlama bagi masyarakat Tana Toraja. Upacara lainnya, yaitu upacara Mangrara Tongkonan (Syukuran Rumah Adat Toraja yang Baru selsai dibuat ) dan Upacara Pernikahan.

Dari beberapa Upacara tersebut, Upacara Rambu Solo (Upacara Pemakaman) sendiri menjadi sangat penting bagi masyarakat Toraja karena istilahnya upacara tersebut adalah upacara untuk menghibur, menguatkan, dan mengantarkan orang yang telah meninggal tersebut ke Puya’ (akhirat). Upacara ini juga merupakan sebuah upacara puncak kehidupan bagi orang Toraja. Upacara Pemakaman ini secara utuh dinamakan sebagai Rambu Solo, dengan berbagai fragmen kecil seremonial di dalam rangkaian harinya. Upacara ini bisa berlangsung mulai dari 3 sampai 7 hari, Namun kembali ke Strata sosial dan Kedudukan keluarga yang meninggal tersebut. Biaya yang dihabiskan juga tidak main-main dari ratusan Juta sampai bermilyaran rupiah, dan kembali lagi dari strata orang tersebut. Semakin tinggi stratanya, semakin besar pula biasa yang dihabiskan.

Keluarga yang meninggal dapat menunda Upacara Kematian dan bisa melaksanakan sekian hari, minggu, bulan, bahkan tahun semenjak orang (Keluarga) itu meninggal. Namun semuanya tergantung dari kesiapan keluarga, terutama dalam hal finansial (Biaya). Kalau keluarganya bisa segera berkumpul dalam satu waktu serta Dana (biaya) juga sudah terkumpul semuanya, maka upacara Kematian dapat segera dilakukan. Jika uang tidak cukup untuk membuat perayaan, maka biasanya perayaan ditunda dulu sampai uangnya cukup. 

Sementara menunggu upacara dilaksanakan, lantas dikemanakan mayatnya? Jenazah orang yang telah meninggal biasanya hanya dianggap sebagai orang yang lemah saja oleh orang Toraja, tidak dianggap telah mati. Maka, biasanya jenazah tersebut tetap ditidurkan di tempat tidur di kamar tempat biasa orang tersebut tidur. Setiap harinya juga tetap diberikan makanan dan minuman, bahkan diajak mengobrol karena dianggap masih hidup. Tentunya semuanya ini setelah jenazah mengalami proses mumifikasi sebelumnya, sehingga jenazah tidak menimbulkan bau-bau yang mengganggu. Apakah seram? Tidak, biasa saja. Karena masyarakat Toraja sudah biasa dengan hal yang demikian.

Setelah waktu perayaan akan tiba, biasanya keluarga dan warga sekitar mulai bergotong royong mendirikan bangunan. Lumbung-lumbung (Allang), disatukan menjadi sebuah kompleks berbentuk balai-balai melingkari halaman depan. Pintu masuk tamu dan pintu masuk rumah keluara sebisa mungkin dibuat berhadapan, sehingga celah yang ada hanya kedua pintu masuk tersebut. Pada bagian lain, dibuat sebuah bangunan berbentuk pendopo bertingkat yang fungsinya untuk menyambut tamu keluarga yang baru datang. Kemudian, jenazah diletakkan di atas sebuah lumbung. Jenazah dimasukkan ke dalam keranda yang bentuknya unik dan khas. Semakin unik dan bagus bentuk kerandanya, maka semakin tinggi juga strata sosial almarhum.

Ma' Nene
Ma' Nene
Salah satu tradisi khas Tana Toraja yang telah menjadi destinasi wisata tradisi populer bagi turis lokal maupun mancanegara adalah tradisi Ma’nene. Tradisi Ma’nene merupakan tradisi mengenang leluhur dengan cara membersihkan dan menggantikan baju mayat para leluhur masyarakat Tana Toraja. Tradisi ini secara khusus dilakukan oleh masyarakat Baruppu yang tinggal di pedalaman Toraja Utara.

Bagi masyarakat di wilayah Baruppu, mayat atau jenazah kerabat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari anggota keluarga yang masih hidup. Selain itu, Masyarakat Baruppu memiliki kepercayaan bahwa meskipun secara jasad telah meninggal, arwah para leluhur tetap “hidup” dan mengawasi keturunannya dari alam lain.

Oleh karena itu, setiap 3 tahun sekali atau sekitar bulan Agustus saat telah lewat masa panen, dilakukan “pembersihan” terhadap mayat atau jenazah kerabat mereka. Caranya adalah dengan mengeluarkan “mumi” jenazah dari dalam peti untuk dibersihkan dan digantikan pakaiannya dengan pakaian yang baru. Tidak hanya dipakaikan pakaian baru, mayat para leluhur ini juga didandani dengan rapi selayaknya orang yang akan menghadiri sebuah pesta.

Peti berisi jenazah para leluhur ini dikeluarkan dari dalam liang gunung batu. Kemudian, jenazah leluhur yang berada di dalam peti juga dikeluarkan sambil diiringi dengan pembacaan doa-doa dalam bahasa Toraja Kuno. Setelah dikeluarkan, mayat tersebut diangkat dan dibersihkan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kain bersih.

Setelah dibersihkan, mayat tersebut didandani, dipakaikan baju baru, lalu didirikan. Keluarga mayat tersebut biasanya memangku, mendirikan, dan menjaga mayat agar tidak menyentuh dasar tanah karena hal itu merupakan pantangan dalam tradisi ini.

Uniknya, mayat para leluhur masyarakat Toraja ini bisa berdiri dengan tegak dan berjalan layaknya masih hidup, lho. Hal tersebut diyakini bisa terjadi karena doa-doa dan mantra-mantra yang dipanjatkan para tetua dan pemimpin tradisi sebelum tradisi dimulai.

Jangan coba-coba menyentuh mayat yang sedang berdiri atau berjalan. Jika mayat yang sedang berdiri atau berjalan ini terkena sentuhan, efek mantra atau hipnotisnya akan hilang dan mayat tersebut akan terjatuh. Selain itu, orang yang menyentuh mayat tersebut hingga jatuh adalah orang yang wajib membangunkan mayat itu kembali ke posisi semula. Para wisatawan yang hadir dalam tradisi ini biasanya akan diingatkan secara keras oleh para tetua adat yang memimpin tradisi ini.

Lalu, ke manakah mayat-mayat ini berjalan? Masyarakat Tana Toraja percaya bahwa mayat-mayat leluhur ini akan berjalan pulang ke rumahnya masing-masing. Ketika sampai di rumah, mayat-mayat ini akan berbaring seperti sedia kala.

Untuk budaya unik yang satu ini, kita patut berbangga. Pasalnya, kebanyakan wisatawan mancanegara sangat tertarik untuk melihat tradisi “mumi” yang seringkali dianggap mustahil ini. Konon katanya, seperti melihat serial The Walking Dead di dunia nyata!

Jika ingin melihat langsung tradisi ini, pastikan Anda datang ke Tana Toraja sekitar bulan Juli—Agustus. Anda juga disarankan untuk melakukan persiapan dengan matang salah satunya adalah tiket pesawat. Pesan tiket pesawat menuju Kota Makassar dari jauh-jauh hari agar Anda mendapatkan harga tiket murah. Pesan tiket di sini.

wisata londa
Wisata Londa
Salah satu objek wisata di Tana Toraja yang sering dikunjungi wisatawan adalah Goa Londa. Situs pemakaman goa Londa berlokasi di perbatasan antara daerah Makale dan Rantepao. Memasuki kawasan tersebut pengujung akan disambut sebuah gapura klasik, pada sisi-sisinya dipenuhi ukiran khas Toraja, dan pada bagian sentralnya terdapat patung kepala kerbau dengan tanduknya yang menjuntai. Londa merupakan sebuah kawasan pemakaman kubur batu atau tempat menyimpan mayat yang diperuntukkan khusus bagi leluhur Toraja dan keturunannya. Konon jauh sebelum masuknya agama Islam dan Kristen, di Tana Toraja sudah terdapat kepercayaan warisan nenek moyang yang disebut Aluk Todolo atau Alukta. Kepercayaan inilah yang kemudian menjadi landasan berbagai ritual adat dan tradisi masyarakat Toraja. 

Alukta pada dasarnya tidak mengharuskan penyimpanan mayat, namun lebih kepada kewajiban segera melaksanakan upacara pemakaman sebagai pelaksanaan aluk to mate (memperlakukan orang yang telah mati). Karena semakin cepat jenazah dimakamkan, akan semakin banyak kesempatan untuk melaksanakan upacara pemberkatan lainnya.

Namun banyak alasan dan latar belakang mengapa jenazah-jenazah tersebut harus disimpan terlebih dahulu ke dalam goa dan liang-liang bukit. Alasan-alasan tersebut antara lain seperti menunggu kedatangan kerabat yang sedang merantau, untuk memberi kesempatan bagi keluarganya menunjukkan kasih sayang kepada jenazah, atau untuk menunggu biaya dan hewan korban yang banyak terlebih dahulu agar bisa melaksanakan upacara Rambu Solok (mengantarkan jenazah ke alam yang disebut puya), dan berbagai alasan lain. Hingga akhirnya menyimpan mayat menjadi sebuah tradisi di kalangan masyarakat adat Tana Toraja.

Dahulu masyarakat adat Toraja menyimpan jenazah di dalam rumah tongkonan, lamanya waktu menyimpan jenazah paling lama tiga puluh enam malam untuk keluarga bangsawan. Sementara dari golongan lainnya kurang dari itu, atau bahkan tidak disimpan sama sekali karena upacaranya sangat singkat. Seiring berjalannya waktu, kemudian masyarakat adat Toraja memberi sebutan dan anggapan yang berbeda-beda tentang jenazah yang disimpan. Ada yang menganggap To Makula, bahwa jenazah yang disimpan dianggap hanya sebagai orang yang sakit, dan To Mate, jenazah sedang dalam rangkaian upacara aluk to mate.

Memasuki goa Londa pengunjung akan menjumpai berbagai peti jenazah khusus bagi marga keturunan Tau-Tau. Di setiap sudut goa pengunjung akan menjumpai berbagai peti jenazah yang memang sengaja diletakkan secara bertumpuk-tumpuk. Di sekitar peti mati sering ditemukan botol minuman, rokok, sirih, atau bahkan pakaian. Hal ini menunjukkan bahwa jenazah yang disimpan dianggap sebagai To Makula, diperlakukan layaknya masih hidup.

Keluar dari goa Londa pengunjung bisa melewati jalan setapak, lalu melewati beberapa anak tangga untuk bisa sampai di sebuah puri di tengah bukit. Dari atas puri tersebut terlihat pemandangan kubur batu, di atas bukit-bukit tersebut terdapat rongga tempat dimana jenazah disimpan. Penyimpanan di bukit-bukit tersebut dilakukan karena di dalam goa sudah penuh dengan peti jenazah.

Tidak jauh dari situs pemakaman Londa terdapat satu lagi situs kubur batu yang bernama Lemo. Sama halnya dengan Londa, ketika memasuki situs kubur batu ini pengunjung harus membayar tiket masuk seharga Rp10.000. Berbeda dengan Londa, memasuki kawasan Lemo pengunjung akan disambut terlebih dahulu para penjual pernak-pernik khas Toraja. Masuk lebih ke dalam barulah pengunjung akan menyaksikan tebing karts yang berongga-rongga, rongga-rongga tersebut berisi peti jenazah, di sekitarnya terdapat patung-patung manusia yang dibuat sebagai simbol orang yang jenazahnya disemayamkan di tebing tersebut.

wisata ke'te kesu
wisata ke'te kesu
Wisata ini merupakan tempat terpavorit bagi masyarakat yang berada di daerah Rantepao Toraja Utara. Sebelum masuk kedalam tempat Wisata, diluar dari Ke'tekesu kita sudah disajikan berbagai Pernak-pernik khas Budaya Tanah Toraja, Kita bisa langsung belanja sebagai cindra mata atau sebagai pelengkap Foto didalam nanti, tapi kalau tidak mau, didalam juga masih banyak tempat-tempat yang menjual pernak-pernik khas Budaya Tanah Toraja.

.Obyek yang mempesona di desa ini berupa Tongkonan, lumbung padi dan bangunan megalit di sekitarnya. Sekitar 100 meter di belakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan tebing dengan kuburan bergantung dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar. Tau-tau ini memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Perkampungan ini juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang dimiliki oleh penduduknya dan sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk berbelanja souvenir. Terletak sekitar 4 Km dari tenggara Rantepao

tempat Batutumoga
Batutumoga
Wisata Batutumoga. ya mungkin dalam bahasa indonesianya Batu yang menjulang atau menjuru yah,, hehehe. Selama perjalanan menuju Batutumonga, kita akan mendapati tempat yang tak kalah asyiknya yaitu Tinambayo Lempo. Di tempat ini terhampar sawah yang luas dan batu-batu besar yang terdapat di sembarang tempat. Keberadaan batu-batu besar ini juga sangat bermanfaat bagi warga Toraja bisa dijadikan sebagai liang atau kuburan batu. Biasanya satu keluarga memiliki satu tempat khusus.

Batutumonga terletak sekitar 24 km dari Kota Rantepao, lokasinya di lereng Gunung Sesean. Dari sini, wisatawan bisa melihat panorama alam yang sangat indah, seperti hamparan sawah yang tersusun rapi atau mirip dengan persawahan di Bali, dan Kota Rantepao dilihat dengan jelas. Di tempat ini juga terdapat penginapa atau Hotel dan jika Lapar jangan kuatir karena di tempat ini juga sudah menyediakan restauran yang menyediakan menu makan buat anda yang berwisata kesini.

Bori' Kalimbuang
Bori' Kalimbuang
Obyek wisata utama adalah Rante (Tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100 buah menhir/megalit), dalam Bahasa toraja disebut Simbuang Batu. 102 bilah batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama. Penyebab perbedaan adalah perbedaan situasi dan kondisi pada saat pembuatan/pengambilan batu. Megalit/Simbuang Batu hanya diadakan bila pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor).

Batu-batu tegak berdiri pada hamparan hijau tanah rumput. Berbentuk menhir. Tinggi memanjang menyembul dari daratan. Tapi tak seragam. Ada yang kecil, ada yang besar. Ada yang pendek ada yang tinggi. “Keseluruhan batu menhir di sini konon berjumlah 102 buah. Terdiri dari 54 menhir kecil, 24 sedang dan 24 batu berukuran besar.

Rante Kalimbuang merupakan kawasan utama di Bori’ Kalimbuang, Sesean, Toraja Utara. Rante menjadi tempat upacara pemakaman adat atau Rambu Solo’ yang dilengkapi dengan menhir-menhir yang dikenal dalam bahasa Toraja sebagai simbuang batu. Di Tana Toraja sebenarnya banyak ditemukan situs megalith seperti ini. Di Bori Kalimbuang, menhir didirikan demi menghormati pemuka adat atau keluarga bangsawan yang meninggal. Bebatuan menhir ini ada yang berusia hingga ratusan tahun.

7. Ranteallo
Wisata Ranteallo
Wisata Ranteallo
Ingin melihat sendiri kerbau belang yang bernilai fantastis hingga 1 miliar? Datanglah ke Ranteallo saat berkunjung ke Tana Toraja. Di Ranteallo, terdapat kompleks rumah adat Toraja yang posisinya saling berhadap-hadapan.

Ranteallo sendiri sebenarnya merupakan wilayah yang terletak di Kecamatan Tallunglipu yang merupakan area perumahan warga. Di belakang rumah-rumah warga, terdapat kandang babi dan kerbau yang dipelihara secara khusus untuk diperjualbelikan jika ada warga yang akan menyelenggarakan upacara adat. Babi yang dipelihara di Ranteallo ini memiliki berat yang bervariasi. Ada pula babi yang memiliki berat sekitar 200 kilogram dan dihargai sekitar Rp 15 juta. Tidak hanya babi, Anda juga bisa menjumpai kerbau belang di sini.

Kerbau belang merupakan salah satu jenis kerbau yang unik dan langka. Pasalnya, kerbau yang juga dikenal dengan nama Kerbau Tedong Saleko ini adalah jenis kerbau yang paling mahal dari semua jenis kerbau yang ada di Tana Toraja. Harga seekor kerbau belang bisa mencapai hingga 1 miliar rupiah. Kerbau Tedong Saleko ini memiliki warna kulit dasar yang putih namun bercampur dengan warna hitam di beberapa titik bagian badannya. Perpaduan warna putih dan hitam ini membuat kerbau ini terlihat belang. Selain itu, uniknya lagi, jika kerbau biasa memiliki bola mata berwarna hitam atau coklat, lain halnya dengan Kerbau Tedong Saleko atau kerbau belang. Kerbau ini memiliki bola mata yang berwarna putih dengan tanduk yang berwarna kuning keemasan.

Mengulik makna kerbau sebagai hewan yang cukup penting bagi masyarakat Tana Toraja, kerbau adalah binatang yang menjadi kebutuhan. Sekian banyak ritual dan upacara adat yang dimiliki masyarakat Tana Toraja, hampir seluruhnya membutuhkan kerbau sebagai hewan persembahan. Tidak heran jika harga kerbau di Tana Toraja bisa melonjak fantastis hingga 1 miliar rupiah.

Khususnya pada upacara kematian Rambu Solo, kerbau yang dikurbankan berjumlah mulai dari puluhan hingga ratusan. Jenis kerbau yang dikurbankan pun sekaligus menunjukkan status sosial warga yang mengurbankan. Kerbau jenis Tedong merupakan kerbau yang terkenal memiliki harga sangat fantastis dan biasa dipilih kalangan bangsawan untuk dikurbankan dalam upacara kematian Rambu Solo. Semakin tinggi status sosial seseorang di Tana Toraja, biasanya jumlah dan jenis kerbau yang dikurbankan juga semakin tinggi.

Wisata Museum Ne' Gandeng
Museum Ne' Gandeng
Museum Ne' Gandeng Lokasinya berada di tengah sawah, di Desa Palangi, Kecamatan Sa'dan Balusu. tempat ini awalnya merupakan tempat pelaksanaan prosesi pemakaman Ne’ Gandeng. Wisatawan akan melewati Jembatan Ne' Gandeng yang dibangun oleh Yayasan Keluarga Besar Ne' Gandeng. Ditambah lagi  pemandangan sawah di kiri-kanan jalan begitu memesona. Museum ini layak jual untuk wisatawan. Coba kalau padi di kiri-kanan jalan ini pas menguning, pasti berjalan menuju Museum Ne' Gandeng sangat dinikmati dan ditunggu-tunggu wisatawan," kata Ardana dengan

Petrus Pasulu, anak bungsu Ne' Gandeng dari 11 bersaudara menuturkan tempat ini awalnya merupakan tempat pelaksanaan prosesi pemakaman Ne’ Gandeng yang meninggal pada tanggal 3 Agustus 1994. Menurut Petrus, ide pembangunan tempat ini yakni manusia Toraja sangat menghormati para leluhurnya.

Semasa hidup Ne' Gandeng sangat memperhatikan kehidupan masyarakat sekitar. "Bahkan Ne' Gandeng usulkan listrik masuk desa dan biayanya dari menjual kerbau," tutur Petrus. Di Museum Ne' Gandeng, wisatawan akan menemukan pondok permanen yang berbentuk rumah adat Toraja. Pondok ini dimasudkan sebagai tempat menginap keluarga dan tamu yang datang melayat. Di tempat inilah, selain digunakan oleh keturunan Ne' Gandeng untuk melaksanakan prosesi pemakaman adat Toraja juga diperuntukkan bagi siapa saja warga Toraja yang ingin menggelar acara serupa.

Wisata Pallawa
Wisata Pallawa
Jangan langsung menyelesaikan perjalanan usai berkunjung ke Museum Ne’ Gandeng. Datanglah ke Pallawa, Anda akan melihat langsung Tongkonan yang merupakan rumah leluhur tempat menyimpan jenazah warga Toraja sebelum dikuburkan.

Dari Kota Rantepao yang merupakan ibu kota Kabupaten Toraja, Anda perlu menempuh jarak sekitar 12 km untuk menuju Pallawa. Di Pallawa, terdapat barisan Tongkonan yang bangunannya berbentuk rumah adat Toraja dengan atap melengkung seperti perahu dan terdiri atas susunan bambu. Di bagian depan Tongkonan, terdapat beberapa tanduk kerbau yang telah dikeringkan dan disusun rapi.

Menengok ke bagian dalam Tongkonan, ada beberapa ruangan di antaranya adalah ruangan yang dijadikan kamar tidur, ruangan dapur, dan ruangan yang disediakan untuk menyimpan mayat atau jenazah selama prosesi pemakaman Rambu Solo berlangsung. Sementara itu, di bagian samping Tongkonan terdapat lumbung penyimpanan padi. Bagi Masyarakat Tana Toraja, rumah atau Tongkonan adalah lambang dari ibu sedangkan lumbung adalah lambang dari bapak karena bapak adalah sang pembuka lahan.

 Air Terjun Sarambu Assing
 Air Terjun Sarambu Assing
Air Terjun Sarambu Assing terletak di Desa atau Lembang Patongloan, Kecamatan Bittuang (± 35 km arah barat dari Kota Makale)., kabupaten Tana Toraja atau kurang lebih 45 km dari Kota Makale. Bisa ditempuh sekitar 1,5 jam hingga 2 jam dari Makale. Untuk mencapai lokasi air terjun ini, sebaiknya mengendarai motor. Kendaraan roda empat hanya bisa tembus sampai di jalan raya. Selanjutnya masih ada jalan beton yang hanya bisa dilalui oleh roda dua.

Sarambu Assing menawarkan pesona keindahan alam yang natural. Dikelilingi gunung dan tumbuh-tumbuhan yang hijau, Sarambu Assing ini masih tergolong virgin. Pemerintah Tana Toraja pun sementara membuka dan mempermudah akses jalan menuju tempat ini dengan harapan jumlah wisatawan akan meningkat jumlahnya dan tidak menutup kemungkinan objek wisata alam Sarambu Assing suatu saat akan se-tenar wisata budaya yang ada di Tana Toraja.

Daya tarik utama yakni air terjun dengan aliran air yang sangat jernih mengalir dari hutan, lokasi perkemahan dan kegiatan alam misalnya mengikuti jalan-jalan setapak di dalam kawasan hutan pinus untuk mencapai lokasi utama air terjun. Di obyek wisata ini wisatawan dapat menikmati udara yang begitu sejuk dan menikmati aliran air dingin dan sejuk. Untuk menuju ke lokasi air terjun Sarambu Assing sobat harus menempuh perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki jika musim hujan, ini dikarenakan kondisi medan yang belum memungkinkan untuk dilalui oleh kendaraan terutama saat musim hujan.

Setelah berjalan kaki sekitar 20 menit menuju Air terjun, Sobat akan disugukan oleh aliran sungai kecil. Tentu untuk sempai ke seberang sungai sobat hrus menyebrangi sungai tersebut. Sobat juga bisa sekalian mandi disini untuk menghilangkan letih dan penatnya.

Setelah menyeberangi sungai kecil, sobat haru melanjutkan perjalanan setapak lagi yang harus dilewati dengan jalan kaki. Kurang lebih jarak tempuh yang harus dilalui dengan berjalan kaki menuju lokasi air terjun sekitar 3-4 km dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Waktu tempuh bisa lebih lama untuk perjalanan pulang dari lokasi air terjun karena banyaknya tanjakan.Tapi jangan khawatir, selain jalannya gak terjal-terjal amat, akses jalan juga sementara dirintis dengan harapan wisatawan yang mau mengunjungi Sarambu Assing bisa parkir kendaraan sebelum menyebrangi sungai sehingga mempermudah untuk menjangkau tempat ini nantinya. Kelelahan sepanjang perjalanan akan terobati begitu memasuki tempat yang dituju. Here it is "SARAMBU ASSING". Diperkirakan ketinggian air terjun ini sekitar 70 meter. Percikan air yang jernih dan sejuk didukung dengan alam sekitar yang begitu indah, mampu melenyapkan kepenatan dan membuat hati semakin kagum akan indahnya alam yang diciptakan Tuhan.

Wisata Lolai
Wisata Lolai
Berbicara tentang Toraja memang tidak ada habisnya, dari Budaya, Adat Istiadat, Upacara, dan Bahkan Tempat Wisata tidak akan pernah habisnya untuk kita bicarakan. Sampai saat ini Wisata Tana Toraja masih tetap menjadi salah satu tempat yang harus didatangi bagi para Travelling baik dari dalam dan luar negeri. Salah satu lagi yang paling terkenal dari berbagai tempat wisata di tana toraja adalah Wisata Lolai, Suatu Kampung yang disebut Negeri di Atas Awan. Letak tempat wisata ini berada di Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.  Puncak yang tingginya kurang lebih 1300 meter di atas permukaan laut. Lolai 20 kilometer dari Rantepao, Ibu kota Toraja Utara

Buat sobat yang mau Liburan diatas awan ada baiknya berkunjung ke Lolai. Ya bagi masyarakat atau para travelling menyebut tempat ini adalah Negeri Diatas awan, Bagaimna tidak, karena jika sobat berada ditempat ini, maka mata sobat akan dimanjakan oleh hamparan pemukiman dan gunung serta awan yang sangat menakjubkan seperti berada diatas awan. Suguhan keindahan alam kampung ini dijamin eksotis. Sobat dapat leluasa menikmati hamparan awan dari atas. Sambil duduk santai di teras rumah adat Toraja, Tongkonan, akan lebih asyik lagi.

Ditempat ini juga Ada barisan Tongkonan yang dinamai Tongkonan Lempe. Nah buat sobat sekalian yang suka sekali dengan acara-acar Outdoor seperti Camp/Berkemah juga bisa. Apalagi kalau sobat mau bermalam disini maka sobat bisa membuat atau mendirikan tenda biar lebih seru liburannya. Oh ya, ada yang tidak kalah menarik nih, dan baru pertama kalinya dan satu-satunya di Tana Toraja, kegiatan terjun payung. Buat sobat atau kawan yang lagi mencari tempat untuk terjun payung disinilah tempat yang paling tepat buat sobat, karena disini juga para pencinta terjun payung sering mengadakan kegiatan terjung payung. Jedi lengkap rasanya berwisata ke tempat ini. Memang tidak salah disebut sebagai Negeri diatas awan karena kita akan betul-betul merasakan diatas ketinggian dan berada diatas negeri awan. Sobat sudah penasaran kesini? hehehe, 

Sekarang waktumya menikmati keindahan sunset, iya sunset. Semuanya sudah lengkap, pagi lihat sunrise (matahari terbit) dan sore kita bisa melihat sunset (matahari terbenam) karena ditempat ini dua-duanya bisa kita nikmati. Bersanti ditemati kopi toraja akan lebih terasa santainya. Sekian dulu yah sobat semua. semoga artikel ini bisa bermanfaat buat sobat semua. :)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Top Destinasi Wisata Di Toraja

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment